Senin, 07 April 2014

PROBLEMATIKA KEHIDUPAN MODERN

BISMILLAH

Masyarakat modern memiliki sikap hidup materialistik (mengutamakan materi),
hedonistik (memperturutkan kesenangan dan kelezatan syahwat),
totaliteristik (ingin menguasai semua aspek kehidupan)
dan hanya percaya kepada rumus-rumus pengetahuan empiris saja
serta sikap hidup positivistis yang berdasarkan kemampuan akal pikiran manusia tampak jelas menguasai manusia yang memegang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada diri orang-orang yang berjiwa dan bermental seperti ini, ilmu pengetahuan dan teknologi modern memang sangat mengkhawatirkan,
karena mereka yang akan menjadi penyebab kerusakan di atas permukaan bumi, sebagaimana Firman Allah Swt. dalam surat ar-Rum ayat 41 :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya : Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia;
Allah Menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Dari sikap mental seperti di atas, kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern.
Promblematika yang muncul antara lain :
1.Penyalahgunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ikatan spriritual terlepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
akibatnya kemampuan membuat senjata telah diarahkan untuk tujuan menjajah bangsa lain.
2.Pendangkalan Iman. Lebih mengutamakan keyakinan kepada akal pikiran dari pada keyakinan religius.

3.Desintegrasi Ilmu Pengetahuan. Adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan, masing-masing ilmu pengetahuan
memliki paradigma sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

4.Pola Hubungan Materialistik. Memilih pergaulan atau hubungan yang saling menguntungkan secara materi.

5.Menghalalkan segala cara. Dalam menjcapai tujuan mengenyampingkan nilai-nilai ajaran agama.

6.Kepribadian yang terpecah (split personality). Karena kehidupan manusia modern dibentuk oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering dari nilai-nilai spiritual
dan terkotak-kotak, akibatnya manusia menjadi pribadi yang terpecah. Jika proses keilmuan yang berkembang tidak berada di bawah kendali agama,
maka proses kehancuran pribadi manusia akan terus berjalan. Dengan demikian, semua kekuatan yang lebih tinggi untuk menibgkatkan derajat kehidupan manusia akan hilang, sehingga tidak hanya kehidupan saja yang mengalami kemerosotan, tetapi juga tingkat kecerdasan dan moral.
Stress dan Frustasi. Jika tujuan tidak tercapai, sering berputus asa bahkan tidak jarang yang depresi.
Kehilangan Harga Diri dan Masa Depan. Jika kontrol nilai-nilai agama telah terlepas dari kehidupan, maka manusia tidak lagi punya harga diri dan masa depan.

karakter masyarakat modern diwarnai oleh orientasi pasar, di mana keberhasilan seseorang tergantung kepada sejauh mana nilai jualnya di pasar.
Masyarakat modern bagaikan penjual dirinya sekaligus sebagai komunitas yang siap dijual di pasar.
Oleh karena itu penghargaan atas diri manusia itu ditentukan oleh nilai jualnya di pasar,
akibatnya setiap orang termotivasi untuk berjuang keras menjadi pekerja sukses dan kaya, demi penegasan atas keberhasilannya.
Kemakmuran melambangkan tingginya nilai jual, sementara kemiskinan dimaknai sebaliknya.

Kebaikan, kejujuran, kesetiaan pada kebenaran dan keadilan sudah bagai tidak bernilai jika tidak memberikan manfaat untuk kesuksesan dan kemakmuran.
Jika kondisi ekonomi seseorang tidak makmur, maka dinilai sebagai orang yang belum sukses, bahkan gagal dalam kehidupan.
Keadaan seperti ini menandakan masyarakat modern, masyarakat yang mengalami keterasingan (aliensi), mereka tidak lagi berpijak kepada kualitas kemanusiaan,
melainkan berpatokan kepada keberhasilan dalam mencapai kekayaan materi.

Kondisi ini memalingkan kesadaran manusia sebagai makhluk termulia. Keutamaan dan kemuliaan menyatu dengan kekuatan kepribadian,
tidak bergantung pada sesuatu yang ada di luar dirinya. Oleh karena itu masyarakat modern mengalami depersonilisasi kehampaan dan ketidakbermaknaan hidup.
Keberadaannya tergantung kepada pemilikan dan pengasaan symbol kekayaan, keinginan mendapatkan harta yang berlimpah melampaui komitmennya terhadap solidaritas sosial.
Hal ini didorong oleh pandangan bahwa orang yang banyak harta merupakan manusia unggul.

Abad yang berkembang telah tiba, teknologi yang modern semakin berkembang. Perkembangannya seiring dengan perubahan waktu.
Siapa yang tidak bisa mengejar perkembangan berarti ketinggalan zaman. Inilah perkataan yang memancing kita terjerumus terjun ke dalam tawaran kemodernismean.
Modernisme merupakan tanda kemajuan dan moderniame juga merupakan tanda kemunduran suatu bangsa. Perkembangan dalam berbagai bidang,
dari bidang ekonomi sampai bidang teknologi. Hal telah banyak membuat kita lupa akan daratan kita –tujuan awal– yang sejak awal kita bangun.
Kenyataannya, modernisme makin hari membawa diri kta terselubungi dengan perkembangan teknologi.
Efeknya, penghayatan terhadap Islam mulai digantikan dengan penghayatan duniawi yang serba ingin modern. Prinsip materiaistik memenuhi otak pikiran,
yang melepaskan kontrol agama dan kebebasan bertindak demi memenuhi modernisme telah berkuasa untuk mengalahkan terapi sufisme atau tasawuf.
Masyarakat modern semakin mendewakan keberadaan ilmu pengetahuan, maka seakan-akan kita berada pada wilayah pinggiran yang bermadzab ke-barat-an
dan bahkan kita hampir-hampir kehilangan visi kailahian. Hal inilah yang membuat kita makin stress dan gersang hati kita dengan dunia,
akibat tidak mempunyai pegangan hidup.

Dalam teori kesuksesan yang mengilustrasikan keberadaan diri kita sudah dan telah memiliki kekuatan atau kemampuan yang berupa IQ, EQ dan SQ. Yang mana,
ketika kemampuan itu membentengi manusia dalam hariannya untuk menjadi manusia yang sukses atau manusia yang kamil.
akibat yang ditimbulkan dari ketidakseimbangan tersebut akan merubah diri seorang hidup tanpa peganggan yang lari sana dan lari sini,
ikut sana dan ikut, tidak punya prinsip yang diandalkan.
Wujud dari kemampuan manusia, umumnya berupa kekuatan ekonomi, teknologi, dan kekuatan ibadiyah. Wajar sekali,
kekuatan ekonomi dan teknologi saat ini sangat diperlukan bagi penunjang keberhasilan umat Islam demi menjaga dan mengangkat harkat dan martabat umat itu sendiri.
Hal ini disebabkan maraknya perkembangan dan kebutuhan duniawi yang marak juga. Maka dari itu,
keselamatan seseorang ditentukan oleh pribadi masing-masing, di mana ia semakin menjaga martabat Islam,
semakin pula dirinya terjaga dari arus besarnya kemodernismean.

Keseimbangan memang dibutuhkan,Sebagai muslim yang beritikad shaleh untuk agama, berkeyakinan baik dengan adanya perkembangan zaman, hendaknya menyeimbangi pekembangan tersebut bukan mengikuti bahkan terpengaruh perkembangan zaman. Untuk itu, pertebal kekuatan keilmuan untuk menyeimbangi perkembangan zaman. Perlu kita ingat sejenak dalam surat al-Fajr ayat 27-30 yang artinya: “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan puas dan diridhoi Allah, masuklah ke dalam golonganku (yang beramal shaleh), dan masuklah ke dalam surgaku”.
Ayat ini bisa kita renunggi, tatkala kita terbawa arus modernisme,
hendaklah dan segerahlah kembali ke jalan Allah.

SEMOGA BERMANFAAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SENANG SEKALI JIKA ADA KRITIK DAN SARAN